Pekalongan akhir-akhir ini meriah dengan pameran lukisan, semarak itu terlihat dengan dimulai dengan pameran ArtXpose, seni instalasi , pameran mural, pameran puisi dan sekarang hadir pameran lukisan bertemakan Ger[A]kan 15 Januari–exhibition of Pekalongan Artworks ,pameran karya lukis para perupa kota Pekalongan. Pameran ini berlangsung dari tanggal 15 hingga 25 januari 2012 di Ruang seni GOR Jetayu Pekalongan, yang di ikuti 24 pelukis .
Ger[A]kan 15 Januari dipilih sebagai tema dalam pameran kali ini memiliki makna sebagai bentuk kegelisahan beberapa perupa, bagaimana mereka ingin mengairahkan kancah seni rupa di Pantura, bagaimana mereka mempresentasikan karya seni mereka,dan bagaimana senirupa benar-benar menjadi bagian dari denyut dan gerak masyarakat yang dinamis mengikuti perkembangan jaman. Dengan bergerak keluar dari stagnasi dan kebekuan seni. Gerakan ini menjadi motor penggerak untuk menjemput harapan-harapan di panggung senirupa lokal, regional maupun nasional.
Dan para perupa yang berpameran seyogyanya tidak lagi merasa sekedar memajang gambar. Tapi mereka juga harus berkeinginan memformulasikan pikiran –pikirannya, melalui permainan garis, bidang, figur, teknik sapuan, pililhan warna, atau penegasan tema urban yang selalu dinamis dengan wacana. Menjadikan kanvas sebagai panggung peristiwa yang diamati oleh pelukis.
Mencermati karya-karya para perupa ini dapat di kelompokkan dalam berapa kelompok, kelompok yang mengangkat karya seni rupa murni dan ada yang seni rupa batik bahkan seni rupa terapan. Pada seni rupa murni bisa kita temukan pada karya- karya milik M Arifin Jombor, Herry Panjang, Murwat, Ateng Ranto, Damiri, Rohman, Abbas Abdullah, A Nahnu, Ahmad Sholeh, Trinil, Rodhien Ladonk. Seni rupa batik hadir lewat karya Taufik Harja dan Tamakun, sedangkan Imam Marzuki, Nur Kholis dan Aan JA kanvas bermotif batik. Sementara M Yunus Thowik dan M Khoirul Umam menghadirkan mozaik perca batik dan limbah kertas dan plastik, M Yusuf dengan relief dan Tecko lewat drawing.
Filosofi ikan menjadi khas M Arifin Jombor kali ini juga hadir dengan pendekatan sudut pandang yang berbeda dibanding karya-karya sebelumnya, disini dalam karya yang berjudul Minoritas , pelukis yang akrab di sapa Jombor ini mencoba memberikan kita kesadaran bahwa betapa beratnya beban kaum minoritas di tengah hingar bingar kaum majemuk, ketika mereka yang terpinggirkan berusaha untuk survive di tengah dominasi arus mainstream.
Salah satu yang mencuri perhatian pengunjung adalah karya pelukis muda kelahiran Jenggot 1984, Ahmad Sholeh yang berjudul Mbatik. Dengan teknik realis Sholeh mampu menghadirkan pendekatan realis secara detail dan halus dengan komposisi warna yang pas sehingga lukisan seorang tua renta yang sedang membatik dengan background dinding bambu menciptakan nuansa megis sekaligus dramatis penuh ironis.
Suasana keindahan panorama nusantara hadir dalam karya seperti milik Murwat Setiono Spd yang tampil dengan karya berjudul Angker, cat minyak pada kanvas ukuran 80 x150 cm ini menghadirkan suasana hutan yang sepi namun kelihatan angker dan penuh misterius mejis. Laut senja hari dilukiskan Damiri dengan suasana temaram nan teduh. Keceriaan burung karya Ahmad Nahnu dan Rodhien Ladonk seakan berkicau di dalam gedung yang teduh.tidak lengkap tentunya tampa kehadiran lukisan buah, yang kali diwakili oleh Rohman dengan lukisan buah semangka dan pepaya.
Dan semakin komplit rasanya dengan kehadiran ikan koi karya Herry Panjang. Keprihatinan akan bencana banjir dan rob yang mengepung Indonesia dituangkan Ateng Ranto dalam lukisan berjudul Indonesia Tergenang yang cukup mengelitik ketika monas di banjiri sampah dan ada figur rakyat kecil mencoba menyelamatkan lambang burung garuda ke dalam sampannya. Demikian pula Trinil dengan gambar bibir hitam di tengah-tengah merah putih. Abbas Abdullah, Taufik dan Abdillah hadir dengan figur-figur populer.
Taufik Harja, salah satu perupa senior Pekalongan mengejutkan dengan karya senirupa batik, ada tiga karya Taufik yang dipamerkan kali ini dengan ukuran besar. Dengan karya-karya ini salah satu penggagas pameran tersebut, membuktikan kelasnya sebagai seniman batik yang memiliki karakter kuat serta mampu mengeksploirtasi batik menjadi karya agung senirupa. Batik juga menjadi bahasa ungkap Tamakun lewat karya My batik never die, sebuah pendekatan batik dengan poster menjadi unik dan elegan.
Eksploirtasi batik berasa senirupa dengan media kanvas muncul pada karya Nur Kholis yang memadukan dengan wayang, konsep yang sama juga hadir pada diri Imam Marzuki. Munculnya lukisan-lukisan batik tersebut menjadi aset yang tak ternilai sebagai salah satu keunikan yang bisa di tawarkan oleh seniman lokal menuju persaingan global.
Diluar kanvas dan batik pada pameran ini ada berapa karya yang memiliki keunikan sendiri. Ada relief gipsum karya M Yusuf dengan relief pemandangan desa nelayan di pinggir pantai. Drawing kritikan yang mengelitik tentang limbah batik dan korupsi karya Tecko, mengingatkan kita sering kali orang lupa bahwa drawing juga karya seni. Yang selama ini dianggap sebelah mata, padahal drawing sangat berpengaruh terhadap hasil akhir karya seni rupa.
Karya kakak beradik asal Kebulen menjadi centerpoint tersendiri, kejelian dan ketelatenan mereka berdua, M Yunus dan M Khoirul Umam pantas di apresiasi lebih, kenapa tidak keuletan mereka menjalin senti demi senti untuk membentuk seraut wajah para tokoh layak di acungi jempol. Hasil konfigurasi penempelan kain batik yang telah di potong kecil-kecil dan kecermatan menempatkan motif dan warna serta sketsa yang matang dan presisi menghasilkan karya tiga dimensi mirip dengan tokoh yang digambar, seperti wajah Gus Dur, SBY, dan Dr Basyir Ahmad.
Ger[A]kan 15 Januari menjadi berarti bagi peta seni rupa di Pekalongan, dari sini sudah terbaca pergerakan yang membanggakan, tinggal bagaimana mereka menjaga konsistensi dan tentu saja selalu memperbaiki kekurangan dan mau belajar. Dalam katalog pameran ini ada sambutan Walikota Pekalongan dan dibuka oleh Wakil Walikota Pekalongan, tentu saja merupakan bentuk keperdulian pemerintah daerah terhadap senirupa dan harapannya dukungan terhadap seni tidak berhenti disini saja.
Sudah saat senirupa Pekalongan menjadi salah satu aset penting pemda dalam mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi, lewat industri kreatif. Perlu di ciptakan pasar lukisan sebagai bentuk upaya meningkatkan kesejahteraan seniman dan menjadi produk unggulan bidang seni dan menciptakan lapangan kerja di bidang seni lewat creativepreneurship.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar